Entri Populer

Sabtu, 27 November 2010

Sejarah Kota Palu
Sejarah Peristiwa Kota Palu 
            Palu adalah “Kota Baru” yang letaknya di muara sungai. Dr. Kruyt menguraikan bahwa Palu sebenarnya tempat baru dihuni orang (De Aste Toradja’s van Midden Celebes). Awal mula pembentukan kota Palu berasal dari penduduk Desa Bontolevo di Pegunungan Ulayo. Setelah pergeseran penduduk ke dataran rendah, akhirnya mereka sampai di Boya Pogego sekarang ini.
Kota Palu sekarang ini adalah bermula dari kesatuan empat kampung, yaitu : Besusu, Tanggabanggo (Siranindi) sekarang bernama Kamonji, Panggovia sekarang bernama Lere, Boyantongo sekarang bernama Kelurahan Baru. Mereka membentuk satu Dewan Adat disebut Patanggota. Salah satu tugasnya adalah memilih raja dan para pembantunya yang erat hubungannya dengan kegiatan kerajaan. Kerajaan Palu lama-kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang dikenal dan sangat berpengaruh. Itulah sebabnya Belanda mengadakan pendekatan terhadap Kerajaan Palu. Belanda pertama kali berkunjung ke Palu pada masa kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa) untuk mendapatkan perlindungan dari Manado di tahun 1868. Pada tahun 1888, Gubernur Belanda untuk Sulawesi bersama dengan bala tentara dan beberapa kapal tiba di Kerajaan Palu, mereka pun menyerang Kayumalue. Setelah peristiwa perang Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh pihak Belanda dan jenazahnya dibawa ke Palu. Setelah itu ia digantikan oleh Raja Jodjokodi, pada tanggal 1 Mei 1888 Raja Jodjokodi menandatangani perjanjian pendek kepada Pemerintah Hindia Belanda.
Berikut daftar susunan raja-raja Palu :
1. Pue Nggari (Siralangi) 1796 - 1805
2. I Dato Labungulili 1805 - 1815
3. Malasigi Bulupalo 1815 - 1826
4. Daelangi 1826 - 1835
5. Yololembah 1835 - 1850
6. Lamakaraka 1850 - 1868
7. Maili (Mangge Risa) 1868 - 1888
8. Jodjokodi 1888 - 1906
9. Parampasi 1906 - 1921
10. Djanggola 1921 - 1949
11. Tjatjo Idjazah 1949 - 1960
Tjatjo Idjazah
Raja Palu Terakhir (1949 - 1960)


Setelah Tjatjo Idjazah, tidak ada lagi pemerintahan raja-raja di wilayah Palu. Setelah masa kerajaan telah ditaklukan oleh pemerintah Belanda, dibuatlah satu bentuk perjanjian “Lange Kontruct” (perjanjian panjang) yang akhirnya dirubah menjadi “Karte Vorklaring” (perjanjian pendek). Hingga akhirnya Gubernur Indonesia menetapkan daerah administratif berdasarkan Nomor 21 Tanggal 25 Februari 1940. Kota Palu termasuk dalam Afdeling Donggala yang kemudian dibagi lagi lebih kecil menjadi Arder Afdeling, antara lain Order Palu dengan ibu kotanya Palu, meliputi tiga wilayah pemerintahan Swapraja, yaitu :
1. Swapraja Palu
2. Swapraja Dolo
3. Swapraja Kulawi

Pertumbuhan Kota Palu setelah Indonesia merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda kemudian Jepang pada tahun 1945 semakin lama semakin meningkat. Dimana hasrat masyarakat untuk lebih maju dari masa penjajahan dengan tekat membangun masing-masing daerahnya. Berkat usaha makin tersusun roda pemerintahannya dari pusat sampai ke daerah-daerah. Maka terbentuklah daerah Swatantra tingkat II Donggala sesuai peraturan pemerintah Nomor 23 Tahun 1952 yang selanjutnya melahirkan Kota Administratif Palu yang berbentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1978.
Berangsur-angsur susunan ketatanegaraan RI diperbaiki oleh pemerintah pusat disesuaikannya dengan keinginan rakyat di daerah-daerah melalui pemecehan dan penggabungan untuk pengembangan daerah, kemudian dihapuslah pemerintahan Swapraja dengan keluarnya peraturan yang antara lain adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 dan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 serta Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 Tentang Terbentuknya Dati I Propinsi Sulteng dengan Ibukota Palu.
Dasar hukum pembentukan wilayah Kota Administratif Palu yang dibentuk tanggal 27 September 1978 atas Dasar Asas Dekontrasi sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. Kota Palu sebagai Ibukota Propinsi Dati I Sulawesi Tengah sekaligus ibukota Kabupaten Dati II Donggala dan juga sebagai ibukota pemerintahan wilayah Kota Administratif Palu. Palu merupakan kota kesepuluh yang ditetapkan pemerintah menjadi kota administratif.
Sebagai latar belakang pertumbuhan Kota Palu dalam perkembangannya tidak dapat dilepaskan dari hasrat keinginan rakyat di daerah ini dalam pencetusan pembentukan Pemerintahan wilayah kota untuk Kota Palu dimulai sejak adanya Keputusan DPRD Tingkat I Sulteng di Poso Tahun 1964. Atas dasar keputusan tersebut maka diambil langkah-langkah positif oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Pemerintah Dati II Donggala guna mempersiapkan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan kemungkinan Kota Palu sebagai Kota Administratif. Usaha ini diperkuat dengan SK Gubernur KDH Tingkat I Sulteng Nomor 225/Ditpem/1974 dengan membentuk Panitia Peneliti kemungkinan Kota Palu dijadikan Kota Administratif, maka pemerintah pusat telah berkenan menyetujui Kota Palu dijadikan Kota Administratif dengan dua kecamatan yaitu Palu Barat dan Palu Timur.
Berdasarkan landasan hukum tersebut maka pemerintah Kotif Palu memulai kegiatan menyelenggarakan pemerintahan di wilayah berdasarkan fungsi sebagai berikut :
a. Meningkatkan dan menyesuaikan penyelenggaraan pemerintah dengan perkembangan kehidupan politik dan budaya perkotaan.
b. Membina dan mengarahkan pembangunan sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi dan fisik perkotaan.
c. Mendukung dan merangsang secara timbal balik pembangunan wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah pada umumnya dan Kabupaten Dati II Donggala.

Hal ini berarti pemerintah wilayah Kotif Palu menyelenggarakan fungsi-fungsi yang meliputi bidang-bidang :
1. Pemerintah
2. Pembina kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya perkotaan
3. Pengarahan pembangunan ekonomi, sosial dan fisik perkotaan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tanggal 12 Oktober 1994, Mendagri Yogi S. Memet meresmikannya Kotamadya Palu dan melantik Rully Lamadjido, SH sebagai walikotanya. Kota Palu terletak memanjang dari timur ke barat disebelah utara garis katulistiwa dalam koordinat 0,35 – 1,20 LU dan 120 – 122,90 BT. Luas wilayahnya 395,06 km2 dan terletak di Teluk Palu dengan dikelilingi pegnungan. Kota Palu terletak pada ketinggian 0 – 2500 m dari permukaan laut dengan keadaan topografis datar hingga pegunungan. Sedangkan dataran rendah umumnya tersebut disekitar pantai.
Berikut batas-batas wilayah Kota Palu adalah :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tawaeli dan Kecamatan Banawa
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Marawola dan Kabupaten Sigi
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Banawa dan Kecamatan Marawola
- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Tawaeli dan Kabupaten Parimo

Dengan pembagian wilayah menjadi empat, yaitu :
1.  Kecamatan Palu Barat mencakup 15 Kelurahan 
• Duyu
• Ujuna
• Nunu
• Boyaoge
• Balaroa
• Donggala Kodi
• Kamonji
• Baru
• Lere
• Kabonena
• Tipo
• Buluri
• Silae
• Watusampu
• Siranindi

2. Kecamatan Palu Selatan mencakup 12 Kelurahan 
• Tatura
• Birobuli
• Petobo
• Kawatuna
• Tanamodindi
• Lolu Utara
• Tawanjuka
• Palupi
• Pengawu
• Lolu Selatan
• Sambale Juraga
• Tamalanja


3.  Kecamatan Palu Timur mencakup 8 Kelurahan 
• Lasoani
• Poboya
• Talise
• Besusu Barat
• Tondo
• Besusu Tengah
• Besusu Timur
• Layana Indah

4.  Kecamatan Palu Utara mencakup 8 Kelurahan 
• Mamboro
• Taipa
• Kayumalue Ngapa
• Kayumalue Pajeko
• Panau
• Lambara
• Baiya
• Pantoloan


sumber: facebook museum negeri palu

Wisata Kuliner Khas Kota Palu

Kaledo-Makanan Khas Palu

A. Selayang Pandang
Jangan mengaku pernah menginjakkan kaki di Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu, jika Anda belum mencicipi kaledo. Masakan khas Sulawesi Tengah ini termasuk jenis masakan berkuah bening agak kekuning-kuningan dengan rasa yang sangat khas, yakni asem gurih dan pedas. Pada awalnya, masakan ini hanya berbahan baku tulang kaki sapi dengan sedikit dagingnya. Namun, karena penjual kaledo semakin banyak, sehingga tulang kaki sapi semakin sulit didapatkan. Untuk menggantikan tulang kaki tersebut, maka tulang belakang sapi pun disertakan sebagai tambahan bahan utama.
Tidak ada catatan resmi mengenai asal-usul makanan ini. Menurut cerita, konon di wilayah Sulawesi Tengah, ada seorang dermawan yang memotong sapi dan membagi-membagikannya kepada penduduk sekitar. Orang Jawa yang pertama datang mendapat daging sapi yang empuk dan kemudian dibuat bakso. Orang Makassar yang datang berikutnya mendapat bagian jeroan (isi perut), kemudian dimasak coto Makassar. Sementara orang Kaili (suku asli Donggala) yang datang belakangan hanya memperoleh tulang-tulang kaki. Oleh karena tidak ingin mengecewakan keluarganya yang menunggu di rumah, maka tulang-tulang dengan sedikit daging yang masih menempel pun dibawanya pulang ke rumah sebagai obat kecewa. Tulang-tulang tersebut kemudian mereka masak dan jadilah kaledo.
Kaledo banyak dihidangkan oleh masyarakat Sulawesi Tengah pada saat hari lebaran (Idul Fitri maupun Idul Adha) yang disajikan dengan burasa (beras diberi air santan dan dibungkus daun pisang, lalu direbus). Selain itu, makanan khas ini juga sangat cocok disantap bersama nasih putih, singkong atau jagung rebus. Bagi yang mengidap tekanan darah tinggi dan asam urat, sebaiknya lebih berhati-hati. Jangan sampai makan kaledo melebihi porsi yang semestinya.

B. Keistimewaan

Kekhasan kaledo ini terletak pada penggunaan bumbu asam Jawa. Asam Jawa yang digunakan adalah asam yang betul-betul masih muda. Untuk memperoleh konsentrat asam, kulit asam muda digerus bersama dagingnya. Jika menggunakan asam yang sudah tua, kuah kaledo tersebut akan berwarna kuning dan rasanya cenderung lebih manis.
Selain itu, masakan kaledo ini menjadi khas, karena bumbu pelengkapnya, seperti: bawang goreng khas Palu (renyah, tidak mudah lembek, dan tahan lama), sambal, dan jeruk nipis. Bagi mereka yang suka pedas, dapat menambahkan sambal yang sudah ditumbuk kasar. Sedangkan bagi yang suka kecut, dapat menambahkan perasan jeruk nipis.
Sebenarnya, yang menarik dari makanan ini, yaitu pada cara makannya. Daging yang menempel di tulang dan sumsum yang terdapat di dalam rongga tulang tersebut sangat lezat untuk dinikmati. Oleh karena itu, Anda jangan terkejut dan heran ketika melihat cara penyajian masakan yang satu ini. Biasanya disediakan garpu, pisau, sumpit ataupun pipet, yang berfungsi untuk mengeluarkan sumsum dari rongga-rongga tulang sapi tersebut.

C. Lokasi

Makanan khas Palu ini merupakan menu utama warung-warung makan di Sulawesi Tengah. Ada beberapa warung makan yang khusus menyajikan makanan ini, seperti warung makan yang berlokasi di ruas Jalan Diponegoro, Kota Palu; di depan pintu masuk Wisata Pantai Tumbelaka (3 km dari Kota Palu); dan di depan Masjid Baabus Salaam, Loliege, Jl. Raya Palu – Donggala (3 km dari Kota Palu). Selain di Kota Palu dan Donggala, makanan ini juga dapat dinikmati di warung-warung makan di Kabupaten Poso. Untuk menjangaku warung-warung tersebut, para wisatawan dapat menumpang angkutan kota berupa bus kota, taksi dan ojek

D. Harga

Harga kaledo berkisar antara Rp. 25.000,00 – Rp. 30.000,00 perporsi. (Maret 2008).

Danau Lindu Sebagai Objek Wisata Di Kota Palu


berkunjung ke Kota Palu belum lengkap rasanya jika belum mengunjungi danau Lindu. Danau ini terletak di kecamatan kulawi kabupaten Sigi-Biromaru.

Danau ini terletak di dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu dan memiliki luas sekitar 3488 Ha, dan terletak pada ketinggian 1000 mdpl. danau ini terletak di sebelah selatan Kota Palu dan memiliki 4 desa yaitu desa Puroo, desa Langko, desa Tomado dan desa Anca. untuk mencapai danau ini bisa menggunakan kendaraan bermotor kira-kira 64 km menuju desa Sidaunta, kemudian dilanjutkan dengan menempuh perjalanan sejauh kira-kira 14 km. lokasi danau hanya bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua karena medan yang cukup berat dan sempit.
danau ini terkenal dengan ikan mujair yang melimpah dan memiliki cuaca yang cukup dingin, karena terletak di daerah ketinggian dan di kelilingi oleh pegunungan yang masih hijau. danau ini juga mempunyai kegiatan pariwisata yaitu Festifal Danau Lindu. kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya dan keindahan danau Lindu. Acara ini digelar pertama kali pada bulan november 2009 dan diadakan setiap setahun sekali.

Indahnya Teluk Palu

Keindahan Nirwana di Kawasan Teluk Palu

Metrogaya-Kawasan Teluk Palu  berada di Palu Timur sekitar 2 km dari pusat Kota Palu.Keindahan benar-benar membuai setiap wisatawan yang mendatanginya. Tak salah jika kawsan ini menjadi salah satu objek wisata primadona di Palu.

Keindahan Teluk Palu sungguh masih perawan, sayang ketenarannya sepertinya masih malu-malu diungkapkan oleh warga Palu.Padahal untuk mencapai lokasi Teluk Palu tidak terlalu sulit. Apalagi sudah ada jalan penghubung dan sebuah jembatan Palu 4 yang dibangun tepat di hadapan Teluk Palu pada Mei 2006 yang menghubungkan Kecamatan Palu Timur dan Palu Barat, dan diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jembatan ini pun menjadi aset wisata tersendiri dan bisa menjadi kebanggaan warga Kota Palu mengingat jembatan lengkung pertama di Indonesia, dan ketiga di dunia setelah Jepang dan Prancis.

Keberadaan Jembatan Palu 4 menambah indahnya pemandangan Teluk Palu pada malam hari. Apalagi kalau sedang berada di atas jembatan dan melihat ke langit ketika ada pesawat melintasi Teluk Palu, suasananya begitu menyenangkan. Belum lagi dari atas jembatan terlihat jelas gambaran teluk yang ditandai dengan sinar-sinar lampu penerang. Lampu-lampu perahu nelayan bergerak-gerak di tengah teluk karena diempas gelombang terlihat begitu indah.

Seiring dengan tetap tegaknya Jembatan Palu 4, pembangunan di kawasan sekitar teluk mulai meningkat. Hal itu ditandai dengan berdirinya hotel-hotel, tempat hiburan, dan restoran yang tiap malam tak henti-hentinya dipadati pengunjung.

Pemerintah Kota Palu pun mencoba mempertahankan keberadaan nelayan tradisional dengan memberikan ruang bagi pedagang ikan sepanjang seratus meter di kawasan itu. Keberadaan nelayan tradisional itu meramaikan suasana malam, pagi, dan siang harinya. Ini pun kemudian menjadi salah satu pilihan objek wisata di kawasan Teluk Palu.

Pantai Talise
Selain bisa menikmati kehidupan nelayan, Anda bersama keluarga bisa berenang di Pantai Talise. Pantai itu berada di ujung Teluk Palu. Pantai itu membentang dari Kota Palu hingga Kabupaten Donggala. Karena letaknya berada di kota, pantai ini ramai dikunjungi warga Palu, terutama pada malam hari. Pantai Talise menjadi tempat wisata malam. Warga dapat menikmati keindahan Teluk Palu yang berbatasan dengan Selat Makassar itu.

Kota Palu memang sangat indah. Tidak mengherankan bila kota ini dikenal dengan julukan Kota Tiga Dimensi karena ada Teluk Palu yang indah, dikelilingi pegunungan, dan dilengkapi dengan sebuah sungai panjang yang membelah kota. Sungai ini adalah muara dari Danau Lindu di Taman Nasional Lore Lindu. Untuk lebih mempercantik kawasan wisata Teluk Palu, Pemerintah Kota Palu memberikan paluang bagi investor untuk menanamkan modalnya bagi pengembangan kawasan itu. Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pariwisata Kota Palu Sudaryano Lamangkona.

Ia mengatakan pihaknya memberikan ruang bagi investor lokal dan asing untuk berinvestasi. Investasi di kota ini sangat menguntungkan mengingat Kota Palu berpenduduk 268.322 jiwa dan kawasan Teluk Palu merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah dengan luasan 395,06 km2 atau 39.506 hektare yang terdiri empat kecamatan dan 43 kelurahan.

Dia mengakui saat ini masih banyak potensi alam di sekitar Kota Palu belum dikelola dengan maksimal, terutama pada sektor pariwisata. Dia berharap berkembangnya potensi wisata di Kota Palu akan memberikan dampak positif kepada perekonomian warga Palu dan sekitarnya. Apalagi akomodasi dan transportasi sudah tersedia di Kota Palu, pembangunan dan tingkat hunian hotel-hotel terus tumbuh.Jumlah kunjungan wisatawan diperkirakan akan terus meningkat mengingat dalam waktu dekat ini maskapai Garuda Airlines akan membuka rute penerbangan ke Palu.
(yc/mediaindonesia)